Hanjeli adalah nama populer di daerah
Sunda (Jawa Barat) untuk tanaman bernama ilmiah Coix lacryma-jobi
(beberapa literatur menulisnya sebagai lachryma-jobi). Nama populer di
Indonesia adalah jali atau jali-jali. Dalam bahasa Inggris disebut
Job’s tears, diambil dari nama Job (Nabi Ayyub a.s.) yang luar biasa
kesabarannya menghadapi ujian kesengsaraan. Di Filipina dikenal sebagai adlay.
Kadang-kadang biji hanjeli disebut juga sebagai Chinese pearl-barley,
walaupun istilah ini bisa misleading karena tanaman ini bukanlah barley
(Hordeum vulgare).
Situs
ini sengaja ingin memopulerkan nama hanjeli, karena nama ini dirasakan lebih “menjual”
dan lebih mudah diucapkan dibandingkan jali-jali.
Secara
umum tanaman ini ada dua macam, yaitu varietas yang dibudidayakan dan varietas
liar (Arora, 1977).
- Jenis yang dibudidayakan (var. ma-yuen) memiliki peranan penting sebagai sumber pangan dan obat tradisional (khususnya Chinese medicines). Jenis ini memiliki cangkang yang tipis dan mudah dipecahkan, sehingga mudah untuk mendapatkan biji dalamnya untuk bahan makanan. Jenis ini pun memiliki sedikit variasi, misalnya hanjeli beras dan hanjeli ketan (Nurmala, 2003)
- Jenis yang liar (var. stenocarpa, var. monilifer, dll.) seringkali dianggap sebagai gulma, karena mudah sekali tumbuh secara liar. Jenis ini memiliki cangkang yang sangat keras bagaikan batu, sulit dipecahkan. Biji-biji ini seringkali dimanfaatkan sebagai bahan manik-manik kalung (semacam tasbih atau rosario).
Berikut
ini adalah contoh gambar tanaman hanjeli yang dibudidayakan secara tumpang sari
di sekeliling padi sawah di daerah Sukabumi, Jawa Barat. Karena usia panen yang
lebih lama dari padi, maka di beberapa desa hanjeli bisa dimanfaatkan sebagai
bahan makanan pokok saat persediaan beras hasil panen sudah habis.
Sebagai
bahan makanan, beberapa potensi pemanfaatan biji hanjeli adalah:
- Sebagai campuran beras, ataupun digunakan sendiri sebagai nasi hanjeli (lihat gambar berikut)
- Sebagai campuran makanan sereal lainnya, misalnya campuran havermut (oatmeal), seperti produk yang dibuat oleh salah satu produsen makanan sereal terkemuka Taiwan (lihat www.greenmax.com.tw)
- Bubur hanjeli (dengan rasa manis seperti bubur kacang hijau), dan sebagai teman kolak
- Difermentasi seperti tape ketan
Berikut
ini dapat dilihat gambar biji hanjeli sebagai bahan pangan dan perbandingan
antara nasi putih dengan nasi hanjeli yang belum disosoh bersih (sehingga zat
gizinya masih lengkap). Berbeda dengan beras ketan yang bersifat lengket,
hanjeli memiliki tekstur yang kenyal namun tidak lengket, sehingga sangat
berpotensi untuk diolah menjadi alternatif makanan yang enak.
Biji hanjeli yang sudah dipisahkan dari cangkangnya |
Perbandingan antara nasi hanjeli dengan nasi beras putih |
Sebagai
bahan obat herbal, hanjeli dipercaya memiliki berbagai khasiat seperti peluruh
air seni, dan antitumor (kanker). Sumber zat aktif obat diperoleh baik dari
biji maupun dari ekstrak akarnya. Khasiat sebagai antitumor telah diteliti
secara ilmiah misalnya oleh Numata, et al. (1994). Zat aktif dalam
hanjeli disebut coixenolide.
Gabungan
antara potensi sebagai olahan pangan yang nikmat dan khasiatnya sebagai obat menjadikan
hanjeli sebagai salah satu komoditas pertanian yang potensial. Di beberapa
negara Asia, misalnya di Republik Laos, hanjeli sudah menjadi suatu hasil
pertanian yang penting (Douangsavanh & Bouahom, 2006). Karena pada dasarnya
tanaman ini adalah tanaman liar, maka biaya budidayanya pun relatif rendah.
Menurut pengamatan yang dilakukan di daerah Bandung Utara, beberapa petani
lokal menyatakan bahwa tanaman ini hanya membutuhkan sedikit pupuk, dan tidak
memiliki hama dan penyakit yang cukup berarti. Satu-satunya ancaman utama
adalah burung liar yang mengincar bijinya. Namun budidaya tanaman hanjeli tetap
memerlukan tanah yang baik, air yang cukup dan sinar matahari yang cukup. Pemberian
pupuk untuk menambah unsur hara nitrogen tetap diperlukan (Nurmala, 2003). Kekurangan
hanjeli dibandingkan padi dan jagung adalah produktivitas (yield) yang
masih relatif lebih rendah. Walaupun pada dasarnya tanaman ini bersifat
perennial (tahunan), tetapi untuk budidaya dianggap sebagai tanaman annual
(musiman). Usia panen sekitar 120 hari.
Referensi
Arora, R.K., 1977, “Job’s tears (Coix
lacryma-jobi) – a Minor Food and Fodder Crop of Northeastern India”, Economic
Botany Vol. 31, The New York Botanical Garden & The Sociey for Economic
Botany
Douangsavanh, L., & B. Bouahom, 2006, “Pathways out of Poverty through Maize and Job’s Tear in Lao People’s Democratic Republic”, CAPSA Working Paper No.92, United Nations – Economic and Social Commission for Asia and The Pacific (UN-ESCAP)
Hill, A.F., 1952, Economic
Botany, 2nd ed., McGraw-Hill
Levetin, E., & K. McMahon,
2012, Plants and Society, 6th ed., McGraw-Hill.
Numata, M., A. Yamamoto, A.
Moribayashi, & H. Yamada, 1994, “Antitumor Components Isolated from the
Chinese Herbal Medicine Coix lachrymal-jobi”, Planta Med 60(4),
Thieme Medical Publishers, Inc.
Nurmala, T., 2003, Serealia –
Sumber Karbohidrat Utama, PT.Rineka Cipta.
Simpson, B.B., & M.C. Ogorzaly,
2001, Economic Botany, 3rd ed., McGraw-Hill